MAKALAH BIOLOGI PERIKANAN
Makalah Biologi
Perikanan
FEKUNDITAS,
DIAMETER TELUR DAN UKURAN IKAN PERTAMA KALI
MATANG GONAD
BONITA AMBARITA
150302035
MSP A
MAKALAH BIOLOGI
PERIKANAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan
makalah Biologi Perikanan yang berjudul “Fekunditas,
Diameter Telur dan Ukuran Ikan Pertama
Kali Matang Gonad”. Makalah ini sebagai salah satu tugas matakuliah Biologi
Perikanan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ani Suryanti, S.Pi., M.Si., selaku dosen mata
kuliah Biologi Perikanan yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Demikianlah
yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat bagi pihak- pihak yang
membutuhkan. Terima kasih.
Medan, Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR
ISI
............................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Penulisan.................................................................. 3
1.3
Tujuan
Penulisan....................................................................... 3
BAB 2 ISI
2.1 Reproduksi
ikan ....................................................................... 4
2.2
Fekunditas................................................................................ 5
2.3
Diameter Telur......................................................................... 13
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Telur........................................... 16
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 27
3.2 Saran ........................................................................................ 27
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya hayati laut yang
sangat besar dengan kandungan berbagai macam jenis makhluk hidup di dalamnya.
Kekayaan hayati tersebut diantaranya adalah ikan yang mempunyai manfaat dalam
bidang kesehatan karena ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi serta dapat
memberikan keuntungan dari segi ekonomi dengan nilai jual yang tinggi. Kandungan
gizi yang utama pada ikan adalah protein dan asam-asam lemak esensial yang
sangat berguna bagi kesehatan manusia. Sumber daya perikanan dan kelautan
merupakan sumber daya yang relatif kompleks. Dalam hal ini lingkungan
pengelolaan pun sangat berbeda dari sumber daya terestial lainnya. Dari sisi
sumber daya, stok sumber daya ikan, misalnya, bermigrasi dan bergerak dalam
ruang tiga demensi. Kondisi ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan,
misalnya saja menyangkut pengaturan hak kepemilikan atas sumber daya tersebut
(Hafiludin, 2011).
Wilayah perairan laut Indonesia memiliki potensi
sumberdaya hayati (ikan) yang berlimpah dan beraneka ragam. Potensi perikanan
tersebut terdiri atas potensi ikan pelagis dan demersal yang tersebar pada
hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut
teritorial, perairan laut nusantara dan perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Berbagai potensi hasil laut yang melimpah diantaranya ikan pelagis
seperti ikan tongkol, layur, dan tembang (Girsang, 2008).
Sumber daya perikanan dan kelautan merupakan sumber
daya yang relatif kompleks. Dalam hal ini lingkungan pengelolaan pun sangat
berbeda dari sumber daya terestial lainnya. Dari sisi sumber daya, stok sumber
daya ikan, misalnya, bermigrasi dan bergerak dalam ruang tiga demensi. Kondisi
ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan, misalnya saja menyangkut
pengaturan hak kepemilikan atas sumber daya tersebut. aktivitas pengelolaan
sumberdaya ikan, dan merupakan suatu keharusan agar tersedia dasar kuat dalam
menyusun kebijakan perikanan tangkap (Piscandika dkk., 2010).
Perairan umum yang terdapat di indonesia cukup luas
dan mengandung sumberdaya perikanan yang
sangat luas dan potensial. Pemanfaatannya sebagai sumber perikanan umumnya
dilakukan dengan jalan penangkapan. Perairan umum di beberapa daerah sudah
dimanfaatkan untuk usaha budidaya meskipun masih dalam hidup pada tahap
permulaan atau percobaan. Masyarakat sering melakukan penangkapan ikan untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari (Patriono dkk., 2010).
Penentuan
fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang matang gonad pada TKG
III, IV dan V. Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovari
pada ikan yang telah mencapai TKG III, IV dan V. Fekunditas total dihitung dengan
menggunakan metode sub-contoh bobot gonad atau disebut metode gravimetrik. Cara
mendapatkan telur yaitu mengambil telur ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya
dari dalam perut ikan dan ditimbang. Kemudian gonad tersebut diambil sebagian untuk
ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik, selanjutnya butiran telur dihitung.
Gonad tersebut diawetkan dengan larutan Gilson untuk melarutkan dinding gonad sehingga
butiran telur terlepas (Harianti, 2013).
1.2
Rumusan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui metode perhitungan fekunditas pada
ikan
2.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
telur ikan.
3.
Untuk mengetahui manfaat fekunditas bagi biologi
perikanan.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari
penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan sebagai salah satu tugas matakuliah Biologi Perikanan.
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
Reproduksi Ikan
Reproduksi adalah
kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu
menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada
sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi
pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada
yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun
(Agung, 2012).
(Agung, 2012).
Biologi reproduksi ikan adalah aspek mendasar dari
biologi ikan yang sangat penting untuk keperluan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan. Pengkajian jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad
dalam aplikasinya dapat merupakan pengetahuan dasar dari biologi reproduksi
suatu sediaan dan potensi reproduksinya. Diketahuinya perkembangan tingkat
kematangan gonad dapat dikaitkan dengan ukuran ikan, yaitu panjang saat pertama
matang gonad. Informasi ini dapat dijadikan dasar bagi pengaturan jenis alat
tangkap yang dapat digunakan untuk penangkapan ikan di daerah rawa bad iran
tersebut. Selain itu informasi tersebut juga dapat dijadikan dasar untuk
pengelolaan habitat dalam menentukan daerah konservasi (suaka perikanan)
(Makmur, 2003).
Ikan vivipar dan
ovovivipar biasanya berfekunditas kecil dan keturunannya mendapat semacam
jaminan atau keyakinan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya
dengan aman. Sebaliknya ikan ovipar
biasanya berfekunditas besar atau jumlah telur yang dikeluarkannya banyak disebabkan
untuk mengimbangi tekanan keadaan sekelilingnya dari hal yang tidak lazim,
terutama dari serangan predator. Hal ini menunjukkan bahwa ikan vivipar dan
ovovivipar lebih modern dari pada ikan ovipar dalam mempertahankan eksistensi
spesies. Dalam proses biologisnya yaitu pada waktu terjadi pemijahan, ikan
ovipar lebih banyak mengeluarkan energi daripada ikan vivipar dan ovovivipar. Semakin
berkembang gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin besar garis
tengahnya, sebagai hasil dari pengendapan kuning telur, hidrasi dan pembentukan
butir-butir minyak. Sebaran garis telur akan semakin besar seiring dengan
perkembangan gonad. Sebaran garis tengah telur mencerminkan pola pemijahan ikan
tersebut. Masa pemijahan tiap-tiap spesies ikan berbeda, ada yang pemijahannya
berlangsung dalam waktu singkat (total
spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang dan pemijahan
sebagian demi sebagian (partial
spawner/heterochro)
yang
berlangsung sampai beberapa hari (Bhagawati dkk., 2013).
Fekunditas Ikan
Fekunditas merupakan
jumlah telur yang dihasilkan dalam satu siklus reproduksi. Tingkat fekunditas
dapat menggambarkan kualitas dari induk betina. Dari hasil penelitian ini
diketahui bahwa tingkat fekunditas induk yang diberi perlakuan lebih tinggi
dibandingkan kontrol, terlihat pada perlakuan bobot gonad ikan yang paling
tinggi. Peningkatan fekunditas diduga terpengaruhi oleh kualitas induk betina
dan kandungan bahan yang terdapat dalam egg stimulant serta efisiensi
pemanfaatannya. Egg stimulant diketahui mempunyai komposisi-komposisi
zat yang diperlukan seperti BMD, vitamin seperti vitamin C dan E, serta mineral
(Ambarwati, 2008).
Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu
aspek yang memegang peranan penting dalam dunia perikanan. Fekunditas ikan
merupakan aspek yang berhubungan dengan dinamika populasi, sifatsifat rasial,
produksi dan persoalan stok rekruitmen. Fekunditas merupakan kemampuan
reproduksi ikan yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang ada dalam ovarium
ikan betina. Secara tidak langsung melalui fekunditas ini kita dapat menaksir
jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan
dalam kelas umur yang bersangkutan. Oleh karena itu ada faktor-faktor lain yang
memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reproduksi dalam rangka mempertahankan spesies
(Wahyuningsih dan Barus, 2006).
(Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Penentuan fekunditas
dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang matang gonad pada TKG III dan
IV. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metode sub contoh bobot gonad
atau disebut metode gravimetrik. Sub contoh bobot gonad tersebut ditimbang
beratnya (g) kemudian dilakukan pengenceran dengan air selanjutnya butiran
telur dihitung dengan bantuan lup. Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG)
ikan dilakukan menurut Tan yaitu terlebih dahulu menghitung indeks gonadnya,
kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kematangan gonadnya berdasarkan
nilai indeks gonad tersebut (Okfan, 2015).
Nilai fekunditas ditentukan setelah induk ikan uji
dibedah, gonad dikeluarkan dari tubuh ikan dan kemudian dihitung total telur
yang ada di dalam gonad setiap ikan uji. apabila pakan yang diberikan kepada
induk ikan kurang bermutu akan terjadi resorbsi kuning telur yang menyebabkan
fekunditas berkurang dan kematangan telur terlambat. Faktor pakan yang
diberikan juga bisa mempengaruhi kematangan gonad dikarenakan kandungan protein
yang ada dipakan yang berbeda - beda, mungkin ini salah satu penyebab kenapa
bisa kematangan gonad ikan berbeda pula (Habibi dkk., 2013).
Menurut Firmantin, dkk (2015) penentuan fekunditas
dilakukan dengan menghitung selisih bobot tubuh induk betina ikan mas saat
matang gonad pada TKG IV sebelum dipijahkan (pra salin) dengan induk betina
ikan mas setelah dipijahkan (pasca salin). Selisih bobot induk betina ikan mas
tersebut diasumsikan sebagai bobot gonad induk betina ikan mas. Dimana rumus
perhitungan fekunditas telur adalah :
Secara total jumlah telur yang dihasilkan ini juga
seirama dengan keragaman genetik dari masing-masing induk. Jumlah telur yang
diproduksi oleh induk betina sangat dipengaruhi oleh umur induk, ukuran, kondisi
ikan. Faktor penting yang berpengaruh terhadap telur (jumlah dan ukuran) adalah
ukuran dari induk yang digunakan. Semakin besar / berat ukuran induk akan
semakin meningkatkan nilai fekunditasnya. Selain itu, kualitas telur juga bisa
dilihat dari Indek Ovo Somatik (IOS). Semakin tinggi IOS maka kualitas telur
yang dihasilkan juga semakin bagus (Okfan, 2015).
Ada
beberapa pengertian fekunditas antara lain fekunditas individu, fekunditas
relatif, dan fekunditas total. Fekunditas
individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada
tahun itu pula. Sedangkan Fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan
berat atau panjang ikan. fekunditas relatif adalah jumlah telur per unit berat,
umumnya digunakan sebagai indeks fekunditas. Fekunditas total diartikan sebagai
fekunditas ikan selama hidupnya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya
mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih
tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi
maksimum pada golongan ikan yang masih muda. Penentuan fekunditas dilakukan
dengan mengambil gonad dari bagian anterior, posterior dan median masing-masing
tiap spesimen fekunditas telur T.lepturus di ekosistem utama subtropis Brazil
bagian selatan berkisar dari 3.917 untuk ikan yang memiliki panjang total 70 cm
sampai 154.216 pada ikan contoh yang memiliki panjang total 141 cm namun jumlah
pemijahan pada tiap musim belum dapat ditentukan (Ambarwati, 2008).
Ikan
yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fe-kunditasnya
juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang berumur relatif lebih
tua yang telah memijah beberapa kali. Selain itu adanya fluktuasi fekunditas
juga dapat disebabkan ikan-ikan yang didapat memiliki ukuran dan bobot tubuh
yang tidak sama, sehingga ikan yang mempunyai ukuran dan bobot lebih besar juga
akan mempunyai fekunditas yang lebih besar. Bobot tubuh lebih baik untuk
menduga nilai fekunditas jika dibandingkan dengan panjang total tubuh selain
itu, fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan bobot ikan, karena bobot ikan
lebih mendekati kondisi ikan tersebut daripada panjang tubuh. Data fekunditas
dalam upaya pengelolaan perairan umum sangat penting terutama
kaitannya dengan rekruitmen ikan-ikan
perairan umum (Makmur, 2006).
Fekunditas
menunjukan adanya berfluktuasi jumlah fekunditas ikan diduga disebabkan
komposisi dan variasi umur yang berbeda. Ikan muda yang baru pertama kali
memijah memiliki fekunditas lebih sedikit dibandingkan dengan ikan berumur tua
yang nsudah beberapa kali memijah. Fluktuasi fekunditas ikan diduga juga
disebabkan ukuran tertangkapnya sampel ikan yang beragam dimana ikan matang
gonad yang berukuran lebih besar memiliki fekunditas lebih besar dibanding ikan
Belanak matang gonad yang berukuran kecil. Berdasarkan hasil penelitian,
fekunditas ikan diduga sangat dipengaruhi oleh ukuran panjang dan bobot tubuh,
bahwa semakin kecil panjang dan bobot tubuh ikan maka semakin kecil nilai
fekunditasnya sedangkan nilai fekunditas yang banyak didapatkan pada ikan yang
mempunyai ukuran panjang dan bobot tubuh yang besar. Nilai fekunditas spesies
ikan dipengaruhi oleh ukuran panjang dan bobot tubuh. Fekunditas dipengaruhi
oleh variabel –variabel parameter lingkungan seperti suhu, kecerahan,
kedalaman, arus air, derajat keasaman (pH) dan salinitas dimana ikan tersebut
hidup. Faktor –faktor lingkungan dapat mempengaruhi pola hidup dan adaptasi dari
ikan sehingga fekunditasnyapun akan terpengaruh. Fekunditas ikan selalu
diadaptasikan dengan lingkungan. Kemudian lingkungan juga berpengaruh terhadap
pertambahan panjang dan berat tubuh ikan (Okfan, 2015).
Jumlah
telur dipengaruhi oleh bobot tubuh induk. Jumlah fekunditas akan semakin tinggi
jika penurunan bobot tubuh induk setelah
memijah semakin tinggi dan diameter telur yang dihasilkan semakin kecil. Faktor
lain yang mempengaruhi adalah perbedaan jumlah telur antara masing-masing
spesies yang bergantung pada kemampuan individu untuk menghasilkan telur ikan
yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas yang
tinggi dibandingkan dengan ikan yang memiliki diameter yang lebih besar
(Ambarwati, 2008).
Hasil
perhitungan fekunditas mutlak diperoleh jumlah telur yang bervariasi menurut
panjang total ikan, berat tubuh, dan berat gonad. Ikan dengan ukuran yang sama
belum tentu memiliki fekunditas yang sama pula. Hal ini diduga disebabkan
faktor ikan dalam pegambilan makanannya yang berbeda, juga karena faktor lain,
yang mana setiap individu meskipun satu spesies dan memiliki ukuran yang sama
pun akan memiliki fekunditas yang berbeda serta bervariasi jumlahnya akanan
yang mengandung protein dibutuhkan dalam proses pematangan gonad. Keberhasilan
mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan. Makanan akan digunakan oleh
tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan
bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang rusak. semakin banyak makanan
tersedia, pertumbuhan ikan semakin cepat dan fekunditas semakin besar
(Patriono, 2010).
Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu
pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Interpretasi data fekunditas
seringkali agak rumit yang disebabkan adanya beberapa faktor antara lain
hubungan antara fekunditas dan fertilitas, fekunditas dari ikan yang memijah
beberapa kali, fekunditas dari ikan vivipar dan “parental care“ atau pengasuhan oleh induk,
hubungan antar fekunditas dan ukuran telur, hubungan antara kepadatan populasi dan fekunditas, dan pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap fekunditas, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
hubungan antar fekunditas dan ukuran telur, hubungan antara kepadatan populasi dan fekunditas, dan pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap fekunditas, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Fekunditas total dihitung dengan metode gravimetrik padaa
ikan yang mempunyai TKG IV. Setelah menimbang ovari, dua bagian ovarium
diambil, ditimbang, penentuan fekunditas dilakukan dengan menimbang sejumlah
contoh gonad, kemudian jumlah telur dihitung. Fekunditas total yang diperoleh
dihubungkan dengan panjang dan bobot ikan melalui rumus berikut :
|
Keterangan :
F : Fekunditas total ikan (butir)
L : Panjang ikan (mm)
W : Bobot ikan (g)
Untuk memperoleh nilai
fekunditas ikan menggunakan rumus sebagai berikut:
|
Keterangan:
F :
Fekunditas
G :
Berat gonad
V :
Volume pengenceran (ml)
X :
Jumlah telur tiap 1 cc
Q :
Berat telur sampel (gram) (Rahardjo, 2007).
Fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya.
Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat sendiri dari pada dengan panjang. Mencerminkan status ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan makanannya. Ikan-ikan
yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda fekunditas pada ikan Tilapia sp. ialah jumlah anak ikan yang dihasilkan selama masa hidup individu itu. untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat sendiri dari pada dengan panjang. Mencerminkan status ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan makanannya. Ikan-ikan
yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda fekunditas pada ikan Tilapia sp. ialah jumlah anak ikan yang dihasilkan selama masa hidup individu itu. untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Diameter
Telur
Telur ikan mempunyai
diameter yang kisarannya sangt beragam bergantung kepada spesies. Biasanya
semakin besar diameternya, semakin kecil jum;ah telur (fekunditas) yang
dihasilkan. Selain itu, ukuran telur ikan mempunyai bentuk yang beraneka ragam
macam bergantung kepada jenis ikan, namun umumnya berbentuk bulat. Bentuk bulat
ini tampaknya merupakan bentuk dasar sebagian besar telur hewan. Telur ikan
bertulang sejati umumnya bulat, tetapi telur yang memanjang dapat ditemukan
pada anchovy (sejenis ikan teri) dan
ikan gobi. Elasobranchii mempunya telur
dengan berbagai bentuk dan struktur tambahan. Sama halnya dengan kelompok
Elasmobranchii, pada ikan teleostei tertentu telurnya mengembangkan satu struktur
tambahan. Telur ikan smelt mempunyai tangkai yang pendek berperekat yang
digunakan untuk menempel pada dasar berbatu tempat ikan memijah (Rahardjo dkk.,
2011).
Diameter telur ada
hubungannya dengan fekunditas. Makin banyak telur yang dipijahkan (fekunditas),
maka ukuran diameter telurnya makin kecil, demikian pula sebaliknya. Ikan yang
memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas yang lebih
banyak, sedangkan yang memiliki diameter telur yang besar cenderung memiliki
fekunditas rendah. Semakin besar ukuran diameter telur akan semakin baik,
karena dalam telur tersebut tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan
dapat bertahan lebih lama. Ukuran diameter telur dapat menentukan kualitas yang
berhubungan dengan kandungan kuning telur dimana telur yang berukuran besar
juga dapat menghasilkan laeva yang berukuran besar. Semakin berkembang gonad,
maka ukuran diameter telur yang ada didalamnya semakin besar sebagai hasil
pengendapan kuning telur, hidrasi, dan pembentukan butir-butir minyak (Unus
dkk., 2010).
Hubungan
diameter telur dengan TKG, memperlihatkan bahwa semakin besar TKG maka semakin
besar diameter telur yang didapatkan atau penyebaran diameter telur semakin besar.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin berkembang gonad ikan, telur yang berkembang di
dalamnya semakin besar garis tengahnya. Semakin berkembang gonad maka semakin
besar pula garis tengah telurnya sebagai hasil daripada pengendapan butir-butir
minyak yang berjalan seiring dengan perkembangan tingkat kematangan gonad
(Harianti, 2013).
Telur dalam gonad pada tingkat
kematangan gonad (TKG) IV diawetkan dengan larutan Gilson. Jumlah telur
dihitung dengan metode gravimetrik. Pengamatan diameter telur dilakukan
terhadap ikan yang memiliki TKG III, IV dan V masing-masing sebanyak 10 ekor.
Sampai telur diambil dari bagian anterior, medium dan posterior ovarium kiri
dan kanan masing-masing sebanyak 50 butir. Pengukuran diameter telur dilakukan
dibawah mikroskop binokuler yang dilengkapi dengan mikrometer pada okuler
(Makmur, 2006).
Diameter telur diukur
dengan cara mengambil sampel telur dengan cara pembedahan. Telur yang diambil,
difiksasi dengan larutan buffer formalin. Selanjutnya dibuat sebaran frekuensi
diameter telur. Pengukuran IGS dengan cara pembedahan selanjutnya dilakukan
penimbangan berat gonad dibandingkan dengan bobot tubuh dan IHS, membandingkan
bobot hati dengan bobot tubuh. Untuk mengeleminir stres maka ikan uji dibius
dengan larutan banzocaine 100 ppm (Bijaksana, 2012).
Diameter telur diukur dari gonad yang mempunyai TGK
IV. Pada setiap gonad yang diambil masing- masing sebanyak 100 butir dari tiga
bagian yang berbeda yaitu bagian lobus anterior, median, dan pesterior. Telur
kemuadia diletakkan berjajar diatas gelas objek, lalu diamati dengan
menngunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer objektif. Sebaran
ukuran diameter digunakan untuk menentukan pola pemijahan ikan (Wahyuni dkk.,
2015).
Diameter telur diukur di bawah mikroskop binokuler
dengan bantuan mikrometer okuler berketelitian 0.1 mm yang telah ditera
sebelumnya. Pengukuran ini dilakukan pada telur-telur yang berada pada tingkat
kematangan gonad III, IV dan V. Selanjutnya diameter telur dianalisis dalam
bentuk histogram. Sampel telur yang diukur diameternya dibuat frekuensi
distribusinya (Harianti, 2013).
Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Telur Ikan
Fekunditas pada setiap
individu betina tergantung pada umur, ukuran spesies dan kondisi lingkungan
(ketersediaan pakan, suhu air dan musim) ukuran dan jumlah telur yang
dihasilkan berhubungan pula dengan kemampuan merawat telur dan anak. Ikan yang
memiliki telur-telur kecil biasanya memiliki jumlah telur yang banyak, sebagai
konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang rendah. Pada ikan maupun avertebrata sering
dijumpai distribusi diameter telur bimodal atau dua modus, yaitu modus pertama
terdiri dari telur yang matang dan modus kedua terdiri dari telur tidak matang.
Model pemijahan ini disebut pemijahan parsial. Frekuensi pemijahan digambarkan
dari bentuk sebaran frekuensi diameter telur, dimana kelompok telur yang telah
matang digambarkan dari kelompok ukuran diameter telur yang terlepas dari
kelompok yang berukuran kecil yang akan dikeluarkan pada musim pemijahan
berikutnya. Ukuran telur bervariasi tergantung pada jumlah kandungan kuning
telur dan fekunditas
(Yustina dan Arnentis, 2002).
(Yustina dan Arnentis, 2002).
Faktor lingkungan yang
sangat berpengaruh terhadap fekunditas ikan adalah ketersediaan makanan yang
tinggi.
Tidak selamanya ikan yang mempunyai
bobot tubuh maksimal memiliki fekunditas yang banyak. Hal ini diduga karena
bobot tubuh meningkat disebabkan oleh bobot lambung yang besar, sedangkan bobot
gonadnya kecil, sehingga fekunditas pada bobot tersebut berkurang. Penyebab
lainnya adalah dengan adanya persediaan makanan tambahan. Sampai ukuran/bobot
tertentu fekunditas akan bertambah kemudian menurun lagi akibat respon terhadap
perbaikan makanan melalui kematangan gonad yang terjadi lebih awal, menambah
kematangan individu yang lebih gemuk dan mengurangi jarak antara siklus pemijahan.
Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap fekunditas, namun hal ini sangat
sulit untuk diketahui secara pasti
(Puspaningdiah dkk., 2014).
(Puspaningdiah dkk., 2014).
Beragamnya distribusi
diameter telur tersebut menunjukkan
bahwa perkembangan telur dalam
ovari tidak secara
bersamaan sehingga ditemukan beberapa
kelompok telur yang telah
matang dan telur
yang belum matang. Adanya
kelompok telur yang
belum matang tersebut menunjukkan
bahwa ikan malalugis biru
memijah secara parsial
(partial spawning). Pada ikan
dan avertebrata sering dijumpai distribusi
diameter telur bimodal atau
dua modus, yaitu
modus pertama terdiri dari
telur belum matang
gonad dan modus kedua
terdiri dari telur
matang. Model pemijahan ini disebut pemijahan parsial (Harianti, 2013).
Salah satu karakter biologi-reproduksi
yang penting untuk mengukur tingkat produktivitas induk dalam menghasilkan
benih adalah indeks gonadosomatik, indeks
ovisomatik, dan fekunditas. Semakin tinggi indeks gonadosomatik, indeks
ovisomatik, dan fekunditasnya, maka semakin tinggi pula
produktivitasnya.
Umur awal matang gonad merupakan salah satu informasi yang penting untuk
diketahui karena berkaitan dengan pengelolaan induk. Pemberian pakan yang tidak
tepat pada awal fase kematangan gonad dapat menyebabkan terjadinya abnormalitas
perkembangan gonad, terutama pada ikan jantan yang berupa terjadinya rudimenter
pada testis (Iswanto dkk., 2016).
Jumlah telur
dipengaruhi oleh bobot tubuh induk. Jumlah fekunditas akan semakin tinggi jika
penurunan bobot tubuh induk setelah
memijah semakin tinggi dan diameter telur yang dihasilkan semakin kecil. Faktor
lain yang mempengaruhi adalah perbedaan jumlah telur antara masing-masing
spesies yang bergantung pada kemampuan individu untuk menghasilkan telur ikan
yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas yang
tinggi dibandingkan dengan ikan yang memiliki diameter yang lebih besar
(Ambarwati, 2008).
Fekunditas menunjukan
adanya berfluktuasi jumlah fekunditas ikan, diduga disebabkan komposisi dan
variasi umur yang berbeda. Ikan muda yang baru pertama kali memijah memiliki
fekunditas lebih sedikit dibandingkan dengan ikan berumur tua yang nsudah
beberapa kali memijah. Fluktuasi fekunditas ikan diduga juga disebabkan ukuran
tertangkapnya sampel ikan yang beragam dimana ikan matang gonad yang berukuran
lebih besar memiliki fekunditas lebih besar dibanding ikan matang gonad yang
berukuran kecil. Berdasarkan hasil penelitian, fekunditas ikan diduga sangat
dipengaruhi oleh ukuran panjang dan bobot tubuh, bahwa semakin kecil panjang
dan bobot tubuh ikan maka semakin kecil nilai fekunditasnya sedangkan nilai
fekunditas yang banyak didapatkan pada ikan yang mempunyai ukuran panjang dan
bobot tubuh yang besar. Nilai fekunditas spesies ikan dipengaruhi oleh ukuran
panjang dan bobot tubuh (Okfan,
2015).
Hasil
perhitungan fekunditas mutlak diperoleh jumlah telur yang bervariasi menurut
panjang total ikan, berat tubuh, dan berat gonad. Ikan dengan ukuran yang sama
belum tentu memiliki fekunditas yang sama pula. Hal ini diduga disebabkan faktor
ikan dalam pegambilan makanannya yang berbeda, juga karena faktor lain, yang
mana setiap individu meskipun satu spesies dan memiliki ukuran yang sama pun
akan memiliki fekunditas yang berbeda serta bervariasi jumlahnya akanan yang
mengandung protein dibutuhkan dalam proses pematangan gonad. Keberhasilan
mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan (Patriono, 2010).
Ikan yang umurnya
relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fekunditasnya juga relatif
lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang berumur relatif lebih tua yang
telah memijah beberapa kali. Selain itu adanya fluktuasi fekunditas juga dapat disebabkan
ikan-ikan yang didapat memiliki ukuran dan
bobot
tubuh yang tidak sama, sehingga ikan yang mempunyai ukuran dan bobot lebih besar
juga akan mempunyai fekunditas yang lebih besar. Bobot tubuh lebih baik untuk
menduga nilai fekunditas jika dibandingkan dengan panjang total tubuh selain
itu, fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan bobot ikan, karena bobot ikan lebih mendekati kondisi
ikan tersebut daripada panjang tubuh. Data
fekunditas
dalam upaya pengelolaan perairan umum sangat penting terutama kaitannya dengan
rekruitmen ikan-ikan perairan umum (Makmur, 2006).
BAB
3
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Metode perhitungan
fekunditas ikan dapat dihitung dengan empat cara yaitu pengukuran volumetrik,
gravimetrik, gabungan dan pengukuran total.
2.
Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan telur ikan pada setiap individu betina tergantung pada
umur, ukuran spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan pakan, suhu air dan
musim) ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan berhubungan pula dengan
kemampuan merawat telur dan anak.
3.Fekunditas
digunakan untuk menaksir jumlah telur ikan yang
akan dihasilkan dan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan.
Fekunditas dapat juga digunakan dalam studi mengenai dinamika populasi dan
pengkajian stock ikan.
Saran
Saran saya
sebaiknyamemantau
DAFTAR
PUSTAKA
Agung,
A.N.B.A.A., A. Saputra, A. Sandra., Z.A. Asman., F. Januar., F. Rosti., P.F.
Pakaya., L. Aprillia., S.L. Ibahim dan E, M. Khoiron. 2016. Teknik Pembenihan
Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus).
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Jakarta.
Alamsyah,
A.S., L. Sara dan A. Mustafa. 2013. Studi Biologi Reproduksi Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus areolatus) pada Musim Tangkap.
Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 (1). ISSN : 2303-3959.
Ambarwati, D. V. S. 2008. Studi
Biologi Reproduksi Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan
Palabuhanratu, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bhagawati, D.,
M. N. Abulias dan A. Amurwanto. 2012. Fauna
Ikan Siluriformes dari Sungai Serayu, Banjaran dan Tajum di
Kabupaten Banyumas. Fakultas
Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Semarang.
Bijaksana,
U. 2012. Domestikasi Ikan Gabus Channa
striata Blkr Upaya Optimalisasi Perairan Rawa di Provinsi Kalimantan
Selatan. 1(1): 92-101. ISSN: 2252-6188.
Girsang, H. S. 2008. Studi
Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Melalui
Pemetaan Penyebaran Klorofila dan Hasil Tangkapan
di Palabuhan ratu, Jawa Barat. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Habibi., Sukendi., dan N. Aryani. 2013. Kematangan Gonad Ikan Sepat
Mutiara (Trichogaster Leeri) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Riau.
Hafiludin. 2011. Karakteristik Proksimat dan Kandungan Senyawa Kimia. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Raja Ali Haji, Aceh.
Harianti. 2013. Fekunditas
dan Diameter Telur Ikan Gabus (Chann Striata Bloch, 1793) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Jurnal Sainstek
Perikanan. 8 (2).
Iswanto,
B., R. Suprapto., H. Marnis dan Imron.
2016. Performa Reproduksi Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus). Media Akuakultur. 11 (1) : 1-9.
Makmur, S. 2006. Fekunditas dan Diameter Telur Ikan
Gabus (Channa striata Bloch) di
Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan. Jurnal Perikanan. 8 (2) :
254-359. ISSN : 0853-6384
Okfan, A., M. R. Muskananfola., Djuwito.
2015. Studi Ekologi dan Aspek Biologi Ikan Belanak (Mugil Sp.) di Perairan Muara Sungai Banger, Kota
Pekalongan. Jurnal Perikanan. 4 (3).
Patriono,
E., E. Juanidi., F. Sastra. 2010. Fekunditas Ikan Bilih ( Mysta coleucus padangensis Blkr.) di Muara Sungai Sekitar
Danau Singkarak. Jurnal Penelitian Sains. 13 (3).
Piscandika, D., T. Efrizal dan L.
W. Zen. 2013. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis Dan Auxis
Thazard) yang Didaratkan pada
Tempat Pendaratan Ikan Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Raja Ali Haji, Aceh.
Puspaningdiah, M., A. Solichin dan A. Ghofar. 2014. Aspek Biologi Ikan
Gabus
(Channa striata) di Perairan Rawa
Pening, Kabupaten Semarang. Diponegoro
Journal of Maquares. 3 (4): 75-82.
Rahardjo,
M. F dan C. P. H. Simanjuntak. 2007. Aspek Reproduksi Ikan Tetet, Johnius
belangerii Cuvier (Pisces: Sciaenidae)
di Perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Perikanan. 11 (2).
Unus, F dan S. B. A. Omar. 2010. Analisis Fekunditas dan Diameter
Telur Ikan Malamugis Biru (Decapterus
macarellus Cuvier, 1833) di Perairan Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi
Sulawesi Tengah. Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 20 (1) : 37-43.
ISSN : 0853-4489.
Wahyuningsih,
H dan T. A. Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Yustina
dan Arnentis. 2002. Aspek Reproduksi Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Bleeker) di Sungai Rangau – Riau, Sumatra. Jurnal
Matematika dan Sains. 7 (1).
Komentar
Posting Komentar