MAKALAH BIOLOGI PERIKANAN



Makalah Biologi Perikanan
FEKUNDITAS, DIAMETER TELUR DAN UKURAN IKAN PERTAMA KALI MATANG GONAD


BONITA AMBARITA
150302035
MSP A
















MAKALAH BIOLOGI PERIKANAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Biologi Perikanan yang berjudul “Fekunditas, Diameter Telur dan Ukuran  Ikan Pertama Kali Matang Gonad”. Makalah ini sebagai salah satu tugas matakuliah Biologi Perikanan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ani Suryanti, S.Pi., M.Si., selaku dosen mata kuliah Biologi Perikanan yang telah  memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat bagi pihak- pihak yang membutuhkan. Terima kasih.
                                                                                                                                   
                                                                                             

             Medan,    Juni 2017                
                                      

            Penulis






DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................            i
DAFTAR ISI .............................................................................................            ii
BAB 1 PENDAHULUAN
            1.1 Latar Belakang .........................................................................           1
1.2 Rumusan  Penulisan..................................................................           3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................           3
BAB 2 ISI
2.1 Reproduksi ikan .......................................................................           4
2.2 Fekunditas................................................................................            5
2.3 Diameter Telur.........................................................................           13
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Telur...........................................           16
BAB 3 PENUTUP
           3.1 Kesimpulan ..............................................................................           27
           3.2 Saran ........................................................................................           27
DAFTAR PUSTAKA





     


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang   
Indonesia memiliki sumberdaya hayati laut yang sangat besar dengan kandungan berbagai macam jenis makhluk hidup di dalamnya. Kekayaan hayati tersebut diantaranya adalah ikan yang mempunyai manfaat dalam bidang kesehatan karena ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi serta dapat memberikan keuntungan dari segi ekonomi dengan nilai jual yang tinggi. Kandungan gizi yang utama pada ikan adalah protein dan asam-asam lemak esensial yang sangat berguna bagi kesehatan manusia. Sumber daya perikanan dan kelautan merupakan sumber daya yang relatif kompleks. Dalam hal ini lingkungan pengelolaan pun sangat berbeda dari sumber daya terestial lainnya. Dari sisi sumber daya, stok sumber daya ikan, misalnya, bermigrasi dan bergerak dalam ruang tiga demensi. Kondisi ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan, misalnya saja menyangkut pengaturan hak kepemilikan atas sumber daya tersebut (Hafiludin, 2011).
Wilayah perairan laut Indonesia memiliki potensi sumberdaya hayati (ikan) yang berlimpah dan beraneka ragam. Potensi perikanan tersebut terdiri atas potensi ikan pelagis dan demersal yang tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara dan perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Berbagai potensi hasil laut yang melimpah diantaranya ikan pelagis seperti ikan tongkol, layur, dan tembang (Girsang, 2008).
Sumber daya perikanan dan kelautan merupakan sumber daya yang relatif kompleks. Dalam hal ini lingkungan pengelolaan pun sangat berbeda dari sumber daya terestial lainnya. Dari sisi sumber daya, stok sumber daya ikan, misalnya, bermigrasi dan bergerak dalam ruang tiga demensi. Kondisi ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan, misalnya saja menyangkut pengaturan hak kepemilikan atas sumber daya tersebut. aktivitas pengelolaan sumberdaya ikan, dan merupakan suatu keharusan agar tersedia dasar kuat dalam menyusun kebijakan perikanan tangkap (Piscandika dkk., 2010).
Perairan umum yang terdapat di indonesia cukup luas dan mengandung sumberdaya perikanan  yang sangat luas dan potensial. Pemanfaatannya sebagai sumber perikanan umumnya dilakukan dengan jalan penangkapan. Perairan umum di beberapa daerah sudah dimanfaatkan untuk usaha budidaya meskipun masih dalam hidup pada tahap permulaan atau percobaan. Masyarakat sering melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari (Patriono dkk., 2010).
Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang matang gonad pada TKG III, IV dan V. Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovari pada ikan yang telah mencapai TKG III, IV dan V. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metode sub-contoh bobot gonad atau disebut metode gravimetrik. Cara mendapatkan telur yaitu mengambil telur ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan dan ditimbang. Kemudian gonad tersebut diambil sebagian untuk ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik, selanjutnya butiran telur dihitung. Gonad tersebut diawetkan dengan larutan Gilson untuk melarutkan dinding gonad sehingga butiran telur terlepas (Harianti, 2013).

1.2 Rumusan Penulisan
            Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui metode perhitungan fekunditas pada ikan
2.    Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan telur ikan.
3.    Untuk mengetahui manfaat fekunditas bagi biologi perikanan.
1.3 Manfaat Penulisan
            Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai salah satu tugas matakuliah Biologi Perikanan.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Reproduksi Ikan
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun
(Agung, 2012).
Biologi reproduksi ikan adalah aspek mendasar dari biologi ikan yang sangat penting untuk keperluan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan. Pengkajian jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad dalam aplikasinya dapat merupakan pengetahuan dasar dari biologi reproduksi suatu sediaan dan potensi reproduksinya. Diketahuinya perkembangan tingkat kematangan gonad dapat dikaitkan dengan ukuran ikan, yaitu panjang saat pertama matang gonad. Informasi ini dapat dijadikan dasar bagi pengaturan jenis alat tangkap yang dapat digunakan untuk penangkapan ikan di daerah rawa bad iran tersebut. Selain itu informasi tersebut juga dapat dijadikan dasar untuk pengelolaan habitat dalam menentukan daerah konservasi (suaka perikanan) (Makmur, 2003).
Ikan vivipar dan ovovivipar biasanya berfekunditas kecil dan keturunannya mendapat semacam jaminan atau keyakinan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya dengan aman. Sebaliknya  ikan ovipar biasanya berfekunditas besar atau jumlah telur yang dikeluarkannya banyak disebabkan untuk mengimbangi tekanan keadaan sekelilingnya dari hal yang tidak lazim, terutama dari serangan predator. Hal ini menunjukkan bahwa ikan vivipar dan ovovivipar lebih modern dari pada ikan ovipar dalam mempertahankan eksistensi spesies. Dalam proses biologisnya yaitu pada waktu terjadi pemijahan, ikan ovipar lebih banyak mengeluarkan energi daripada ikan vivipar dan ovovivipar. Semakin berkembang gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin besar garis tengahnya, sebagai hasil dari pengendapan kuning telur, hidrasi dan pembentukan butir-butir minyak. Sebaran garis telur akan semakin besar seiring dengan perkembangan gonad. Sebaran garis tengah telur mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut. Masa pemijahan tiap-tiap spesies ikan berbeda, ada yang pemijahannya berlangsung dalam waktu singkat (total spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang dan pemijahan sebagian demi sebagian (partial spawner/heterochro) yang berlangsung sampai beberapa hari (Bhagawati dkk., 2013).
Fekunditas Ikan
Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu siklus reproduksi. Tingkat fekunditas dapat menggambarkan kualitas dari induk betina. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat fekunditas induk yang diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrol, terlihat pada perlakuan bobot gonad ikan yang paling tinggi. Peningkatan fekunditas diduga terpengaruhi oleh kualitas induk betina dan kandungan bahan yang terdapat dalam egg stimulant serta efisiensi pemanfaatannya. Egg stimulant diketahui mempunyai komposisi-komposisi zat yang diperlukan seperti BMD, vitamin seperti vitamin C dan E, serta mineral (Ambarwati, 2008).
Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam dunia perikanan. Fekunditas ikan merupakan aspek yang berhubungan dengan dinamika populasi, sifatsifat rasial, produksi dan persoalan stok rekruitmen. Fekunditas merupakan kemampuan reproduksi ikan yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang ada dalam ovarium ikan betina. Secara tidak langsung melalui fekunditas ini kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Oleh karena itu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reproduksi dalam rangka mempertahankan spesies
(Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang matang gonad pada TKG III dan IV. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metode sub contoh bobot gonad atau disebut metode gravimetrik. Sub contoh bobot gonad tersebut ditimbang beratnya (g) kemudian dilakukan pengenceran dengan air selanjutnya butiran telur dihitung dengan bantuan lup. Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan dilakukan menurut Tan yaitu terlebih dahulu menghitung indeks gonadnya, kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kematangan gonadnya berdasarkan nilai indeks gonad tersebut (Okfan, 2015).
Nilai fekunditas ditentukan setelah induk ikan uji dibedah, gonad dikeluarkan dari tubuh ikan dan kemudian dihitung total telur yang ada di dalam gonad setiap ikan uji. apabila pakan yang diberikan kepada induk ikan kurang bermutu akan terjadi resorbsi kuning telur yang menyebabkan fekunditas berkurang dan kematangan telur terlambat. Faktor pakan yang diberikan juga bisa mempengaruhi kematangan gonad dikarenakan kandungan protein yang ada dipakan yang berbeda - beda, mungkin ini salah satu penyebab kenapa bisa kematangan gonad ikan berbeda pula (Habibi dkk., 2013).
Menurut Firmantin, dkk (2015) penentuan fekunditas dilakukan dengan menghitung selisih bobot tubuh induk betina ikan mas saat matang gonad pada TKG IV sebelum dipijahkan (pra salin) dengan induk betina ikan mas setelah dipijahkan (pasca salin). Selisih bobot induk betina ikan mas tersebut diasumsikan sebagai bobot gonad induk betina ikan mas. Dimana rumus perhitungan fekunditas telur adalah :


 



Secara total jumlah telur yang dihasilkan ini juga seirama dengan keragaman genetik dari masing-masing induk. Jumlah telur yang diproduksi oleh induk betina sangat dipengaruhi oleh umur induk, ukuran, kondisi ikan. Faktor penting yang berpengaruh terhadap telur (jumlah dan ukuran) adalah ukuran dari induk yang digunakan. Semakin besar / berat ukuran induk akan semakin meningkatkan nilai fekunditasnya. Selain itu, kualitas telur juga bisa dilihat dari Indek Ovo Somatik (IOS). Semakin tinggi IOS maka kualitas telur yang dihasilkan juga semakin bagus (Okfan, 2015).
            Ada beberapa pengertian fekunditas antara lain fekunditas individu, fekunditas relatif, dan fekunditas total.  Fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itu pula. Sedangkan Fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan. fekunditas relatif adalah jumlah telur per unit berat, umumnya digunakan sebagai indeks fekunditas. Fekunditas total diartikan sebagai fekunditas ikan selama hidupnya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda. Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil gonad dari bagian anterior, posterior dan median masing-masing tiap spesimen fekunditas telur T.lepturus di ekosistem utama subtropis Brazil bagian selatan berkisar dari 3.917 untuk ikan yang memiliki panjang total 70 cm sampai 154.216 pada ikan contoh yang memiliki panjang total 141 cm namun jumlah pemijahan pada tiap musim belum dapat ditentukan (Ambarwati, 2008).
            Ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fe-kunditasnya juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang berumur relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali. Selain itu adanya fluktuasi fekunditas juga dapat disebabkan ikan-ikan yang didapat memiliki ukuran dan bobot tubuh yang tidak sama, sehingga ikan yang mempunyai ukuran dan bobot lebih besar juga akan mempunyai fekunditas yang lebih besar. Bobot tubuh lebih baik untuk menduga nilai fekunditas jika dibandingkan dengan panjang total tubuh selain itu, fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan bobot ikan, karena bobot ikan lebih mendekati kondisi ikan tersebut daripada panjang tubuh. Data fekunditas dalam upaya pengelolaan perairan umum sangat penting terutama
kaitannya dengan rekruitmen ikan-ikan perairan umum (Makmur, 2006).
            Fekunditas menunjukan adanya berfluktuasi jumlah fekunditas ikan diduga disebabkan komposisi dan variasi umur yang berbeda. Ikan muda yang baru pertama kali memijah memiliki fekunditas lebih sedikit dibandingkan dengan ikan berumur tua yang nsudah beberapa kali memijah. Fluktuasi fekunditas ikan diduga juga disebabkan ukuran tertangkapnya sampel ikan yang beragam dimana ikan matang gonad yang berukuran lebih besar memiliki fekunditas lebih besar dibanding ikan Belanak matang gonad yang berukuran kecil. Berdasarkan hasil penelitian, fekunditas ikan diduga sangat dipengaruhi oleh ukuran panjang dan bobot tubuh, bahwa semakin kecil panjang dan bobot tubuh ikan maka semakin kecil nilai fekunditasnya sedangkan nilai fekunditas yang banyak didapatkan pada ikan yang mempunyai ukuran panjang dan bobot tubuh yang besar. Nilai fekunditas spesies ikan dipengaruhi oleh ukuran panjang dan bobot tubuh. Fekunditas dipengaruhi oleh variabel –variabel parameter lingkungan seperti suhu, kecerahan, kedalaman, arus air, derajat keasaman (pH) dan salinitas dimana ikan tersebut hidup. Faktor –faktor lingkungan dapat mempengaruhi pola hidup dan adaptasi dari ikan sehingga fekunditasnyapun akan terpengaruh. Fekunditas ikan selalu diadaptasikan dengan lingkungan. Kemudian lingkungan juga berpengaruh terhadap pertambahan panjang dan berat tubuh ikan (Okfan, 2015).
            Jumlah telur dipengaruhi oleh bobot tubuh induk. Jumlah fekunditas akan semakin tinggi jika penurunan  bobot tubuh induk setelah memijah semakin tinggi dan diameter telur yang dihasilkan semakin kecil. Faktor lain yang mempengaruhi adalah perbedaan jumlah telur antara masing-masing spesies yang bergantung pada kemampuan individu untuk menghasilkan telur ikan yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas yang tinggi dibandingkan dengan ikan yang memiliki diameter yang lebih besar (Ambarwati, 2008).
            Hasil perhitungan fekunditas mutlak diperoleh jumlah telur yang bervariasi menurut panjang total ikan, berat tubuh, dan berat gonad. Ikan dengan ukuran yang sama belum tentu memiliki fekunditas yang sama pula. Hal ini diduga disebabkan faktor ikan dalam pegambilan makanannya yang berbeda, juga karena faktor lain, yang mana setiap individu meskipun satu spesies dan memiliki ukuran yang sama pun akan memiliki fekunditas yang berbeda serta bervariasi jumlahnya akanan yang mengandung protein dibutuhkan dalam proses pematangan gonad. Keberhasilan mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan. Makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang rusak. semakin banyak makanan tersedia, pertumbuhan ikan semakin cepat dan fekunditas semakin besar (Patriono, 2010).
            Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Interpretasi data fekunditas seringkali agak rumit yang disebabkan adanya beberapa faktor antara lain hubungan antara fekunditas dan fertilitas, fekunditas dari ikan yang memijah beberapa kali, fekunditas dari ikan vivipar dan “parental care“ atau pengasuhan oleh induk,
hubungan antar fekunditas dan ukuran telur,  hubungan antara kepadatan populasi dan fekunditas, dan pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap fekunditas,  tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termaksud,  waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
            Fekunditas total dihitung dengan metode gravimetrik padaa ikan yang mempunyai TKG IV. Setelah menimbang ovari, dua bagian ovarium diambil, ditimbang, penentuan fekunditas dilakukan dengan menimbang sejumlah contoh gonad, kemudian jumlah telur dihitung. Fekunditas total yang diperoleh dihubungkan dengan panjang dan bobot ikan melalui rumus berikut :


F = a Lb
F = a + bW
 
 


Keterangan :
F          : Fekunditas total ikan (butir)
L          : Panjang ikan (mm)
W        : Bobot ikan (g)
Untuk memperoleh nilai fekunditas ikan menggunakan rumus sebagai berikut:


 F= G x V x v
              Q
 
 
                                                                                         
Keterangan:
F          : Fekunditas
G         : Berat gonad
V         : Volume pengenceran (ml)
X         : Jumlah telur tiap 1 cc
Q         : Berat telur sampel (gram) (Rahardjo, 2007).
            Fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya.
Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat sendiri dari pada dengan panjang. Mencerminkan status ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan makanannya. Ikan-ikan
yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda fekunditas pada ikan Tilapia sp. ialah jumlah anak ikan yang dihasilkan selama masa hidup individu itu. untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Diameter Telur
Telur ikan mempunyai diameter yang kisarannya sangt beragam bergantung kepada spesies. Biasanya semakin besar diameternya, semakin kecil jum;ah telur (fekunditas) yang dihasilkan. Selain itu, ukuran telur ikan mempunyai bentuk yang beraneka ragam macam bergantung kepada jenis ikan, namun umumnya berbentuk bulat. Bentuk bulat ini tampaknya merupakan bentuk dasar sebagian besar telur hewan. Telur ikan bertulang sejati umumnya bulat, tetapi telur yang memanjang dapat ditemukan pada anchovy (sejenis ikan teri) dan ikan gobi.  Elasobranchii mempunya telur dengan berbagai bentuk dan struktur tambahan. Sama halnya dengan kelompok Elasmobranchii, pada ikan teleostei tertentu telurnya mengembangkan satu struktur tambahan. Telur ikan smelt mempunyai tangkai yang pendek berperekat yang digunakan untuk menempel pada dasar berbatu tempat ikan memijah (Rahardjo dkk., 2011).
Diameter telur ada hubungannya dengan fekunditas. Makin banyak telur yang dipijahkan (fekunditas), maka ukuran diameter telurnya makin kecil, demikian pula sebaliknya. Ikan yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas yang lebih banyak, sedangkan yang memiliki diameter telur yang besar cenderung memiliki fekunditas rendah. Semakin besar ukuran diameter telur akan semakin baik, karena dalam telur tersebut tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan dapat bertahan lebih lama. Ukuran diameter telur dapat menentukan kualitas yang berhubungan dengan kandungan kuning telur dimana telur yang berukuran besar juga dapat menghasilkan laeva yang berukuran besar. Semakin berkembang gonad, maka ukuran diameter telur yang ada didalamnya semakin besar sebagai hasil pengendapan kuning telur, hidrasi, dan pembentukan butir-butir minyak (Unus dkk., 2010).
          Hubungan diameter telur dengan TKG, memperlihatkan bahwa semakin besar TKG maka semakin besar diameter telur yang didapatkan atau penyebaran diameter telur semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berkembang gonad ikan, telur yang berkembang di dalamnya semakin besar garis tengahnya. Semakin berkembang gonad maka semakin besar pula garis tengah telurnya sebagai hasil daripada pengendapan butir-butir minyak yang berjalan seiring dengan perkembangan tingkat kematangan gonad (Harianti, 2013).
            Telur dalam gonad pada tingkat kematangan gonad (TKG) IV diawetkan dengan larutan Gilson. Jumlah telur dihitung dengan metode gravimetrik. Pengamatan diameter telur dilakukan terhadap ikan yang memiliki TKG III, IV dan V masing-masing sebanyak 10 ekor. Sampai telur diambil dari bagian anterior, medium dan posterior ovarium kiri dan kanan masing-masing sebanyak 50 butir. Pengukuran diameter telur dilakukan dibawah mikroskop binokuler yang dilengkapi dengan mikrometer pada okuler (Makmur, 2006).
            Diameter telur diukur dengan cara mengambil sampel telur dengan cara pembedahan. Telur yang diambil, difiksasi dengan larutan buffer formalin. Selanjutnya dibuat sebaran frekuensi diameter telur. Pengukuran IGS dengan cara pembedahan selanjutnya dilakukan penimbangan berat gonad dibandingkan dengan bobot tubuh dan IHS, membandingkan bobot hati dengan bobot tubuh. Untuk mengeleminir stres maka ikan uji dibius dengan larutan banzocaine 100 ppm (Bijaksana, 2012).
Diameter telur diukur dari gonad yang mempunyai TGK IV. Pada setiap gonad yang diambil masing- masing sebanyak 100 butir dari tiga bagian yang berbeda yaitu bagian lobus anterior, median, dan pesterior. Telur kemuadia diletakkan berjajar diatas gelas objek, lalu diamati dengan menngunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer objektif. Sebaran ukuran diameter digunakan untuk menentukan pola pemijahan ikan (Wahyuni dkk., 2015).
Diameter telur diukur di bawah mikroskop binokuler dengan bantuan mikrometer okuler berketelitian 0.1 mm yang telah ditera sebelumnya. Pengukuran ini dilakukan pada telur-telur yang berada pada tingkat kematangan gonad III, IV dan V. Selanjutnya diameter telur dianalisis dalam bentuk histogram. Sampel telur yang diukur diameternya dibuat frekuensi distribusinya (Harianti, 2013).
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Telur Ikan
Fekunditas pada setiap individu betina tergantung pada umur, ukuran spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan pakan, suhu air dan musim) ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan berhubungan pula dengan kemampuan merawat telur dan anak. Ikan yang memiliki telur-telur kecil biasanya memiliki jumlah telur yang banyak, sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang rendah. Pada ikan maupun avertebrata sering dijumpai distribusi diameter telur bimodal atau dua modus, yaitu modus pertama terdiri dari telur yang matang dan modus kedua terdiri dari telur tidak matang. Model pemijahan ini disebut pemijahan parsial. Frekuensi pemijahan digambarkan dari bentuk sebaran frekuensi diameter telur, dimana kelompok telur yang telah matang digambarkan dari kelompok ukuran diameter telur yang terlepas dari kelompok yang berukuran kecil yang akan dikeluarkan pada musim pemijahan berikutnya. Ukuran telur bervariasi tergantung pada jumlah kandungan kuning telur dan fekunditas
(Yustina dan Arnentis, 2002).
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap fekunditas ikan adalah ketersediaan makanan yang tinggi. Tidak selamanya ikan yang mempunyai bobot tubuh maksimal memiliki fekunditas yang banyak. Hal ini diduga karena bobot tubuh meningkat disebabkan oleh bobot lambung yang besar, sedangkan bobot gonadnya kecil, sehingga fekunditas pada bobot tersebut berkurang. Penyebab lainnya adalah dengan adanya persediaan makanan tambahan. Sampai ukuran/bobot tertentu fekunditas akan bertambah kemudian menurun lagi akibat respon terhadap perbaikan makanan melalui kematangan gonad yang terjadi lebih awal, menambah kematangan individu yang lebih gemuk dan mengurangi jarak antara siklus pemijahan. Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap fekunditas, namun hal ini sangat sulit untuk diketahui secara pasti
(Puspaningdiah dkk., 2014).
Beragamnya  distribusi  diameter  telur tersebut  menunjukkan  bahwa  perkembangan telur  dalam  ovari  tidak  secara  bersamaan sehingga  ditemukan  beberapa  kelompok  telur yang  telah  matang  dan  telur  yang  belum matang.  Adanya  kelompok  telur  yang  belum matang  tersebut  menunjukkan  bahwa  ikan malalugis  biru  memijah  secara  parsial  (partial spawning). Pada  ikan  dan avertebrata  sering  dijumpai  distribusi  diameter telur  bimodal  atau  dua  modus,  yaitu  modus pertama  terdiri  dari  telur  belum  matang  gonad dan  modus  kedua  terdiri  dari  telur  matang. Model pemijahan ini disebut pemijahan parsial (Harianti, 2013).
Salah satu karakter biologi-reproduksi yang penting untuk mengukur tingkat produktivitas induk dalam menghasilkan benih adalah indeks gonadosomatik,  indeks ovisomatik, dan fekunditas. Semakin tinggi indeks gonadosomatik, indeks ovisomatik, dan fekunditasnya, maka semakin tinggi pula
produktivitasnya. Umur awal matang gonad merupakan salah satu informasi yang penting untuk diketahui karena berkaitan dengan pengelolaan induk. Pemberian pakan yang tidak tepat pada awal fase kematangan gonad dapat menyebabkan terjadinya abnormalitas perkembangan gonad, terutama pada ikan jantan yang berupa terjadinya rudimenter pada testis (Iswanto dkk., 2016).
Jumlah telur dipengaruhi oleh bobot tubuh induk. Jumlah fekunditas akan semakin tinggi jika penurunan  bobot tubuh induk setelah memijah semakin tinggi dan diameter telur yang dihasilkan semakin kecil. Faktor lain yang mempengaruhi adalah perbedaan jumlah telur antara masing-masing spesies yang bergantung pada kemampuan individu untuk menghasilkan telur ikan yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas yang tinggi dibandingkan dengan ikan yang memiliki diameter yang lebih besar (Ambarwati, 2008).
Fekunditas menunjukan adanya berfluktuasi jumlah fekunditas ikan, diduga disebabkan komposisi dan variasi umur yang berbeda. Ikan muda yang baru pertama kali memijah memiliki fekunditas lebih sedikit dibandingkan dengan ikan berumur tua yang nsudah beberapa kali memijah. Fluktuasi fekunditas ikan diduga juga disebabkan ukuran tertangkapnya sampel ikan yang beragam dimana ikan matang gonad yang berukuran lebih besar memiliki fekunditas lebih besar dibanding ikan matang gonad yang berukuran kecil. Berdasarkan hasil penelitian, fekunditas ikan diduga sangat dipengaruhi oleh ukuran panjang dan bobot tubuh, bahwa semakin kecil panjang dan bobot tubuh ikan maka semakin kecil nilai fekunditasnya sedangkan nilai fekunditas yang banyak didapatkan pada ikan yang mempunyai ukuran panjang dan bobot tubuh yang besar. Nilai fekunditas spesies ikan dipengaruhi oleh ukuran panjang dan bobot tubuh (Okfan, 2015).
            Hasil perhitungan fekunditas mutlak diperoleh jumlah telur yang bervariasi menurut panjang total ikan, berat tubuh, dan berat gonad. Ikan dengan ukuran yang sama belum tentu memiliki fekunditas yang sama pula. Hal ini diduga disebabkan faktor ikan dalam pegambilan makanannya yang berbeda, juga karena faktor lain, yang mana setiap individu meskipun satu spesies dan memiliki ukuran yang sama pun akan memiliki fekunditas yang berbeda serta bervariasi jumlahnya akanan yang mengandung protein dibutuhkan dalam proses pematangan gonad. Keberhasilan mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan (Patriono, 2010).
Ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fekunditasnya juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang berumur relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali. Selain itu adanya fluktuasi fekunditas juga dapat disebabkan ikan-ikan yang didapat memiliki ukuran dan bobot tubuh yang tidak sama, sehingga ikan yang mempunyai ukuran dan bobot lebih besar juga akan mempunyai fekunditas yang lebih besar. Bobot tubuh lebih baik untuk menduga nilai fekunditas jika dibandingkan dengan panjang total tubuh selain itu, fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan bobot ikan, karena bobot ikan lebih mendekati kondisi ikan tersebut daripada panjang tubuh. Data fekunditas dalam upaya pengelolaan perairan umum sangat penting terutama kaitannya dengan rekruitmen ikan-ikan perairan umum (Makmur, 2006).





BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
            Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Metode perhitungan fekunditas ikan dapat dihitung dengan empat cara yaitu pengukuran volumetrik, gravimetrik, gabungan dan pengukuran total.
2. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan telur ikan pada setiap individu betina tergantung pada umur, ukuran spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan pakan, suhu air dan musim) ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan berhubungan pula dengan kemampuan merawat telur dan anak.
3.Fekunditas digunakan untuk menaksir jumlah telur ikan yang akan dihasilkan dan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Fekunditas dapat juga digunakan dalam studi mengenai dinamika populasi dan pengkajian stock ikan.

Saran
            Saran saya   sebaiknyamemantau







DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.N.B.A.A., A. Saputra, A. Sandra., Z.A. Asman., F. Januar., F. Rosti., P.F. Pakaya., L. Aprillia., S.L. Ibahim dan E, M. Khoiron. 2016. Teknik Pembenihan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus). Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Jakarta.

Alamsyah, A.S., L. Sara dan A. Mustafa. 2013. Studi Biologi Reproduksi Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus areolatus) pada Musim Tangkap. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 (1). ISSN : 2303-3959.

Ambarwati, D. V. S. 2008. Studi Biologi Reproduksi Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bhagawati, D., M. N. Abulias dan A. Amurwanto. 2012. Fauna Ikan Siluriformes dari Sungai    Serayu, Banjaran dan Tajum di Kabupaten Banyumas.  Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Semarang.

Bijaksana, U. 2012. Domestikasi Ikan Gabus Channa striata Blkr Upaya Optimalisasi Perairan Rawa di Provinsi Kalimantan Selatan. 1(1): 92-101. ISSN: 2252-6188.

Girsang, H. S. 2008. Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Melalui Pemetaan Penyebaran Klorofila dan Hasil Tangkapan di    Palabuhan ratu, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut  Pertanian Bogor, Bogor.

Habibi., Sukendi., dan N. Aryani. 2013. Kematangan Gonad Ikan Sepat Mutiara (Trichogaster Leeri) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Riau.

Hafiludin. 2011. Karakteristik Proksimat dan Kandungan Senyawa Kimia. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Raja Ali Haji, Aceh.

Harianti. 2013. Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Gabus (Chann Striata Bloch, 1793) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Jurnal Sainstek Perikanan. 8 (2).

Iswanto, B., R. Suprapto., H. Marnis dan  Imron. 2016. Performa Reproduksi Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus). Media Akuakultur. 11 (1) : 1-9.

Makmur, S. 2006. Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Gabus (Channa striata Bloch) di Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan. Jurnal Perikanan. 8 (2) : 254-359. ISSN : 0853-6384

Okfan, A., M. R. Muskananfola., Djuwito. 2015. Studi Ekologi dan Aspek Biologi Ikan Belanak (Mugil Sp.) di Perairan Muara Sungai Banger, Kota Pekalongan. Jurnal Perikanan. 4 (3).

Patriono, E., E. Juanidi., F. Sastra. 2010. Fekunditas Ikan Bilih ( Mysta coleucus padangensis Blkr.) di Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak. Jurnal Penelitian Sains. 13 (3).

Piscandika, D.,  T. Efrizal dan L. W. Zen. 2013.  Potensi dan Tingkat    Pemanfaatan Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis Dan Auxis Thazard) yang Didaratkan pada Tempat Pendaratan Ikan Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, Bintan  Provinsi Kepulauan Riau.  Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Raja Ali Haji, Aceh.

Puspaningdiah, M., A. Solichin dan A. Ghofar. 2014. Aspek Biologi Ikan Gabus  (Channa striata) di Perairan Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Diponegoro Journal of Maquares. 3 (4): 75-82.

Rahardjo, M. F dan C. P. H. Simanjuntak. 2007. Aspek Reproduksi Ikan Tetet, Johnius belangerii Cuvier (Pisces: Sciaenidae) di Perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Perikanan. 11 (2).

Unus, F dan S. B. A. Omar. 2010. Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Malamugis Biru (Decapterus macarellus Cuvier, 1833) di Perairan Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi Tengah. Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 20 (1) : 37-43. ISSN : 0853-4489.

Wahyuningsih, H dan T. A. Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Yustina dan Arnentis. 2002. Aspek Reproduksi Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Bleeker) di Sungai Rangau – Riau, Sumatra. Jurnal Matematika dan Sains. 7 (1).

Komentar